Skip to main content
x
Arus transportasi laut dari Dermaga Pelabuhan Pulau Bai ke Dermaga Malakoni di Pulau Enggano terhenti total sudah sepekan, Rabu 11/12/2024 (Foto:Hanny)

Cuaca Ekstrem Ganggu Penerbangan dan Pelayaran Bengkulu-Enggano, Perekonomian Pulau Enggano Terdampak

Arus transportasi laut dari Dermaga Pelabuhan Pulau Bai ke Dermaga Malakoni di Pulau Enggano terhenti total sudah sepekan, Rabu 11/12/2024 (Foto:Hanny)

Indonesiaraja.com,Bengkulu- Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Bengkulu sejak sepekan terakhir berdampak serius terhadap aktivitas penerbangan dan pelayaran. Akibatnya, arus transportasi laut dari Dermaga Pelabuhan Pulau Bai ke Dermaga Malakoni di Pulau Enggano terhenti total sudah sepekan, Rabu (11/12/2024).

Kondisi ini memicu kekhawatiran masyarakat setempat, terutama terkait pasokan kebutuhan pokok dan stabilitas perekonomian lokal.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bengkulu, cuaca buruk dipicu oleh peningkatan intensitas angin kencang dan gelombang tinggi yang mencapai 3-5 meter di perairan Bengkulu.

Terhentinya aktivitas pelayaran dari Dermaga Pulau Bai menuju Dermaga Malakoni di Pulau Enggano mengakibatkan kebutuhan pokok, seperti sembako, bahan bakar, serta obat-obatan, tidak dapat didistribusikan tepat waktu. Hal ini berdampak pada kenaikan harga barang-barang di Pulau Enggano.

Kepala Desa Enggano, Malakoni, Tedy, mengungkapkan bahwa masyarakat Pulau Enggano mulai kesulitan mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok. Ia juga menekankan bahwa nelayan tidak dapat melaut, sehingga aktivitas ekonomi lokal terhenti.

“Sudah sepekan tidak ada kapal yang masuk ke Enggano. Stok sembako mulai menipis, dan harga-harga naik. Masyarakat terpaksa berhemat dan mengandalkan persediaan yang ada,” ujar Tedy saat dihubungi via telepon, Rabu (11/12/2024).

Selain itu, salah satu pedagang di pasar tradisional Pulau Enggano Reni, mengatakan bahwa ia kesulitan menjual barang karena pasokan dari daratan Bengkulu belum juga tiba.

“Barang-barang seperti beras, gula, dan minyak goreng sudah mulai habis. Kami biasanya mendapat pasokan dari kapal yang masuk seminggu sekali, tapi sekarang tidak ada pengiriman sama sekali,” ucap Reni.

Para nelayan Pulau Enggano juga terpaksa menghentikan aktivitas melaut karena tingginya gelombang. Akibatnya, pendapatan nelayan menurun drastis. Kegiatan perikanan yang biasanya menjadi penopang ekonomi lokal kini terhenti.

Dalam situasi ini, masyarakat berharap pemerintah daerah dan pihak terkait dapat memberikan bantuan darurat, terutama distribusi bahan pokok. Syarifuddin mengungkapkan bahwa masyarakat membutuhkan dukungan logistik dari pemerintah untuk mengatasi kekurangan pasokan.

“Kami berharap ada bantuan dari pemerintah, misalnya pengiriman bantuan logistik menggunakan kapal milik pemerintah atau kapal patroli. Jika ini dibiarkan terlalu lama, dikhawatirkan masyarakat akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” harap Syarifuddin.

 

Reporter : Hanny Try 

Editor : Sherly Mevitasari