Skip to main content
x
Monumen Tugu Thomas Parr, Rabu 30/10/24 (Foto:Hanny)

Monumen Tugu Thomas Parr Salah Satu Sejarah Bengkulu

Indonesiaraja.com, Bengkulu - Monumen Tugu Thomas Parr terletak di Kota Bengkulu dan merupakan salah satu situs bersejarah yang menarik perhatian. Tugu ini didirikan untuk mengenang Thomas Parr, seorang Gubernur Jenderal Inggris yang memiliki peran penting dalam sejarah Bengkulu pada abad ke-18. 

Thomas Parr menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris di Bengkulu pada tahun 1793 hingga 1795. Ia dikenal karena kontribusinya dalam mengembangkan infrastruktur dan ekonomi di wilayah tersebut. Tugu ini dibangun sebagai penghormatan atas jasanya dan untuk mengenang hubungan sejarah antara Inggris dan Bengkulu.

Tugu Thomas Parr memiliki desain yang khas dan sering dikunjungi oleh wisatawan dan masyarakat lokal. Monumen ini dikelilingi oleh taman yang rimbun, menjadikannya tempat yang nyaman untuk bersantai dan belajar tentang sejarah.

Tugu ini bukan hanya berfungsi sebagai landmark, tetapi juga sebagai pengingat akan warisan sejarah yang kaya di Bengkulu. Dengan adanya tugu ini, pengunjung dapat memahami lebih dalam tentang peran penting yang dimainkan oleh Thomas Parr dan dampaknya terhadap perkembangan daerah.

Monumen Tugu Thomas Parr adalah salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan budaya Bengkulu.

Jhoni Welius, perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VII  Bengkulu dan Lampung, menjelaskan bahwa keberadaan Thomas Parr di Bengkulu bermula dari kebijakan East India Company (EIC) yang mengalami kerugian. 

Pada tahun 1805, Thomas Parr dikirim ke Bengkulu untuk memperbaiki manajemen keuangan perusahaan. 

"Salah satu langkah yang diambilnya adalah merumahkan sejumlah staf dan prajurit sipil, termasuk orang-orang dari suku Bugis yang bekerja untuk pihak Inggris." jelas Jhoni Welius pada Rabu, 30/10/024.

Monumen Tugu Thomas Parr tidak hanya menjadi simbol tragedi, tetapi juga penanda penting dari sejarah kolonial di  Bengkulu, yang harapannya dapat terus dikenal dan dihargai oleh generasi mendatang. 

 

 

 

 

 

Reporter : Hanny Try

Editor : Sherly Mevitasari